Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Gowes ke Puthuk Kembang // Ngoro

Ahad pagi akhir bulan Januari, Saya menggowes sepeda Saya menuju Ngoro. Sebenarnya sudah sejak lama ada rencana gowes ke tempat ini, pun sudah Saya tandai lokasinya di Gmaps. Puncak Puthuk Kembang. Waktu itu Saya tidak terlalu ingat namanya, hanya saja selalu ingin gowes ke sana.
Puncak Puthuk Kembang, Ngoro.

Waktu berselang, akhirnya datang juga kesempatan untuk gowes ke sana. Kala itu Saya berangkat daru rumah pukul tujuh pagi, Saya tahu ini kesiangan untuk medan dan jarak yang akan ditempuh, nanti pasti akan kepanasan. Namun Saya tetap melaju.

Puthuk Kembang berjarak sekitar 19 Km dari rumah (seperti yang ditunjukkan aplikasi peta) dan berada di ketinggian sekitar 500 mdpl, tapi kalau dari rumah nambahanya gak banyak, lagi-lagi angka-angka ini saya ketahui dari aplikasi peta yang selalu terbuka ketika gowes, biar gak nyasar.

Satu jam pertama Saya sudah sampai di Desa Watesnegoro, Ngoro. Sampai sini tingkat kesulitan gowes masih mudah saja, karena jalanan masih landai. Saya belum lelah karena belum terlalu menguras tenaga.Tapi mulai Desa Watesnegoro ini juga jalan yang dilalui adalah jalan kampung, tapi lebar sekali karena juga dilewati truk besar pengangkut sirtu. Menyebabkan jalannya tidak rata dan gronjal-gronjal, meski sudah ditutup paving blok. Mungkin hanya agar terhindar dari becek dan debu parah.

Setelah melewati Desa Watesnegoro jalan mulai menanjak, tenaga Saya semakin terkuras. Badan terutama kaki mulai merasakan lelah, nafas sudah pasti ngos-ngosan. Capek sekali. Sehingga kalau jalannya terlalu menanjak Saya sudah gak kuat gowes. Saya turun dari sepeda kemudian jalan kaki saja. Sepedanya saya tuntun. Begitu terus sampai masuk Desa Kunjorowesi. Desa terakhir, yang juga merupakan letak Puncak Puthuk Kembang berada. Sudah dekat tapi jalan juga semakin banyak tanjakan curam.

Air minum yang Saya bawa sudah habis. Saya mampir ke toko warga yang menjual minuman. Saya beli air putih, Nata de Coco, dan minuman yang rasanya manis-manis untuk menambah energi. Oh iya tadi waktu berangkat Saya juga belum sarapan.

Kemudian Saya lanjutkan bersepeda. Fakta lain, sebelum sampai Puncak Puthuk Kembang, sisa 5 Km dari Desa Watesnegoro tadi lah yang paling berat. Hampir sepanjang jalan itu Saya jalan kaki sambil menuntun sepeda. Sepeda baru Saya gowes ketika jalannya landai. Akibatnya waktu yang Saya habiskan di sisa 5 Km ini sampai tiga jam. Padahal seumpama naik motor, 20 menit saja sudah sampai. Melihat perbandingan waktu ini membuat fisik terasa semakin capek, medan terasa semakin berat (padahal kenyataanya memang berat), tapi Saya tetap lanjut. Fisik boleh hancur tapi mental tetap terjaga.

Tepat pukul sebelas siang Saya sampai di Puncak Puthuk Kembang. Total waktu berangkat yang Saya tempuh sampai empat jam. Lama dan melelahkan sekali, tapi Saya juga lega karena sudah sampai.
Aerial view Desa Kunjorowesi, tepat di kaki Gungung Penanggungan.

Untuk naik ke Puncak Puthuk Kembang pengunjung dikenakan tarif Rp. 5.000 untuk setiap orang. Saya sendiri sebenarnya agak bingung, tarif ini untuk tiket apa parkir. Soalnya oleh bapak-bapak yang berjaga, katanya ongkos itu untuk parkir, padahal Saya tidak bawa motor dan sepeda juga akan Saya bawa naik. Tapi juga tidak diminta ongkos untuk tiket masuk atau semacamnya. Ketika Saya tanya, katanya itu sudah jadi satu, tiket masuk dan ongkos parkir. Entah tarifnya itu untuk setiap pengunjung atau setiap kendaraan yang parkir.

Di Puncak Puthuk Kembang Saya tidak menghabiskan waktu terlalu lama. Selain harus buru-buru pulang karena ada urusan lain, di Puncak juga tidak ada banyak hal yang menarik. Mungkin rasanya akan beda lagi kalau ke sana pagi atau sore hari, bisa jadi dapat sunrise atau sunset. Di sana Saya hanya motret beberapa frame dan mainan drone, mengambil gambar dari udara.
Puncak Puthuk Kembang dari atas.
Puncak Puthuk Kembang dengan latar belakang Gunung Penanggunan.
Sepeda sudah sampai puncak.
Kawasan industri Ngoro dilihat dari Puncak Puthuk Kembang.

Puncak Puthuk Kembang dengan both spot foto ala-ala. Buat saya, tempat foto semacam ini menggangu, lebih baik dipagari bambu saja, sederhana dan estetik.
Panorama dari Puncak Puthuk Kembang.
Sepeda yang Saya pakai gowes, Polygon Monarch 3, pernah saya tulis reviewnya di sini.

Pukul 12 siang Saya bergegas pulang. Gowes pulang tentu saja akan lebih cepat karena jalannya turun. Dari Puncak Puthuk Kembang sampai jalan raya Ngoro, yang berjarak sekitar 9 Km Saya tempuh hanya dengan 30 menit saja. Sisanya sampai rumah sama dengan saat berangkat, satu jam. Total waktu yang Saya tempuh saat pulang adalah satu setengah jam. Jauh lebih cepat dibanding waktu berangkat.

Setelah gowes seharian itu, badan Saya capeknya minta ampun. Hampir ngedrop, Saya siasati dengan banyak makan dan minum. Sampai malam tubuh masih terasa hangat, tanda sisa aktifitas fisik berat. Namun secara keseluruhan Saya puas dan lega, karena telah melaksanan gowes yang ada di to do list dari tahun kemarin.

Comments