Ya gimana ya, mau gowes terus gak pake jalan kaki ya gak mampu dengkul saya. Lha wong jalan yang dilewati naik turun gunung. Hari ini tadi, udah tahu gowes yang bakal melelahkan tapi tetap saja saya lakukan.
Berangkat pagi yang gak pagi-pagi banget, ya pukul sembilan lewat-lah. Saya mulai gowes menuju Trawas. Gowes ke Trawas ini bukan pertama kali bagi saya, sudah beberapa kali saya gowes ke Trawas. Tapi itu udah lama sekali. Kapan pastinya saya sudah lupa. Yang paling saya ingat ya yang pertama kali dulu, pas masih SMA.
![]() |
Finish di Taman Ghanjaran, Trawas. Pulangnya sih gowes lagi, tapi kan tinggal turunan. |
Gowes pertama ke Trawas waktu SMA dulu bagi saya sangat berkesan. Ya, selain karena yang pertama, gowes waktu itu terasa berat sekali karena gowes ke Trawas yang banyak tanjakan itu saya lakukan iseng-iseng tanpa persiapan fisik. Asal gowes aja. Ditambah lagi sepeda yang saya gunakan adalah sepeda jadul dengan lima speed yang gear paling ringan pun masih terasa berat. Trus satu lagi, area hutan sekitaran Seloliman dulu sepi sekali, sedikit orang lewat dan belum ramai warung seperti sekarang. Masih terasa spooky dan bikin mikir yang aneh-aneh. Padahal waktu itu masih siang.
Kali ini saya lebih siap secara fisik dan mental. Jadi ya lebih mudah meski sama-sama melelahkan. Selang satu jam kemudian saya sampai di Seloliman, kawasan hutan paling utara bagi Trawas. Seloliman ini yang ada Candi Jolotundonya itu lho, tapi saya gak mampir ke sana. Setelah menuruni turunan pertama, saya mampir ke kali yang ada pancuran airnya yang seperti tandon dari sumber. Saya ambil air di sana meminumnya, sekalian untuk yang diwadahi botol. Bagi sampean yang gak cocok sama air mentah, hati-hati bisa kena pilek. Ini aja malam hari waktu saya nulis posting ini udah kerasa gejala pilek. Tapi mau gimana lagi ya, sampai sana haus, pengen minum yang banyak. Tadi juga waktu berangkat botol masih kosongan. Padahal dulu pernah minum di sana baik-baik saja, gak sampai pilek.
Abis minum saya lanjut gowes. Ini belum separuh perjalanan tapi badan udah basah kuyup karena keringat. Rute ini juga banyak tanjakan terjal tapi ada landai dan turunannya juga. Itu yang bikin asyik, karena gak perlu nanjak terus sepanjang perjalanan. Walau tetap saja sama-sama bikin capek.
Tengah hari saya sampai di sekitaran Tamiajeng. Dari sini saya melipir ke Titik Nol Trawas. Itu tempat yang belakangan sempat viral di media sosial. Saya ke sana karena penasaran aja seperti apa rupanya. Saya sendiri kurang paham kenapa diberi nama Titik Nol Trawas, padahal semestinya titik nol itu ya di tepi jalan kayak ada monumen atau apa gitu. Di sini yang ada hanya jalan ke sawah yang telah dicor hingga mobil dan motor bisa masuk dengan mudah. Jalannya juga gak terlalu lebar tapi muat buat satu mobil. Beberapa bulan lalu waktu pertama kali saya lihat di media sosial, Titik Nol Trawas ini terlihat luas dengan hamparan sawah di kiri-kanan jalan. Tapi kini, nasibnya seperti kebanyakan tempat viral, mendadak banyak warung di kiri-kanan jalan. Ya bebas aja sih, namanya juga orang usaha, tapi jujur saja kalau ini mengurangi estetika alami yang sebenarnya keren sekali.
Lanjut, karena saya gak berhenti di Titik Nol Trawas, saya lanjut gowes ke arah selatan (tadi masuknya lewat utara). Gak jauh dari Titik Nol Trawas ini rupanya ada tempat pembuangan akhir sampah warga Trawas. Banyak banget sampah menumpuk dan bau. Ini kalau gak dikelola dengan benar, bisa jadi masalah baru nanti.
Saya gowes dengan tujuan berikutnya yaitu Taman Ghanjaran. Jalan yang saya lewati melalui Kesiman, Tamiajeng. Sebenarnya jaraknya tidak jauh, tapi kan ini Trawas yang jalannya nanjak. Jadi ya lama karena harus banyak berhenti untuk istirahat dan kalau ketemu tanjakan sepeda dituntun lagi. Saya merasa perlu untuk mampir ke Taman Ghanjaran ini karena sekarang taman ini sudah selayaknya landmark Trawas. Foto-foto di sini banyak orang pasti tau kalu sedang di Trawas.
Taman Ghanjaran siang tadi, sepi. Ya mungkin karena bukan hari libur jadi gak banyak orang yang datang. Wahana bermain dan kolam renang juga tutup. Saya juga gak lama di sini. Habis dari Taman Ghanjaran saya ke Terminal Trawas yang ada di seberang jalan. Taman dan terminal ini memang saling berhadapan. Di Terminal Trawas saya mampir warung untuk beli es teh. Kemudian meminumnya dan istirahat.
Agak lama saya beristirahat di warung terminal ini sampai habis es teh di dalam cup. Untuk pulangnya saya mengambil rute jalan raya Mojosari-Trawas. Jalan ini lebih lebar dan turunannya panjang. Gowes ke Trawas berangkatnya bisa sampai tiga jam atau bahkan lebih tapi pulangnya satu jam saja gak sampai.
Comments
Post a Comment