Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Catatan Harian Gowes : Explore Perbukitan Banyon Gandusari

 Tidak dapat dipungkiri kalau gowes memang bikin capek, tapi di saat yang bersamaan gowes juga bisa bikin happy. Seperti hari ini, malam ini saya capek sekali sehabis gowes tadi siang. Tapi hati ini bahagia sekali.

Gowes ke Bukit Banyon

Jembatan Widoro sebagai titik awal cerita saya, ke timur sedikit akan ada jembatan di sebelah kanan jalan. Saya belok masuk ke kanan. Di sini jalanan masih landai, cenderung rata. Tak perlu banyak tenaga untuk menggowes. Setelah melewati jembatan akan memasuki dusun Tambakboyo. Jalanan di dusun ini adalah jalanan landai terakhir sebelum memasuki tanjakan curam di depan.

Namanya juga bukit Banyon, untuk ke sana tentu saja jalan yang akan dilalui pasti naik. Tanjakannya lumayan panjang. Seperti biasa, kalau gowes di jalan menanjak begini saya selalu memilih untuk jalan kaki. Gak kuat lutut ini. Kalau ke sini naik mobil atau motor sih santai saja. Motor akan dengan mudah naik sampai bukit Banyon. Kalau bawa mobil agak lebih hati-hati karena jalannya sempit, hanya muat dilalui satu mobil.

Gowes ke Bukit Banyon mau gak mau harus banyak berhenti untuk istirahat. Apalagi kalau ketemu tempat yang enak begini, bisa terlena dan kelamaan berhenti.

Saya hitung-hitung naik dari jalanan landai di kampung sampai bukit Banyon butuh kira-kira waktu hampir satu jam. Dengan catatan saya banyak jalan kakinya dari pada gowes. Tanjakannya panjang. Kalu naik motor mungkin 15 menit juga bakal sampai. Mungkin juga akan lebih cepat kalau hanya jalan kaki tidak sambil bawa sepeda seperti saya. Jadi buat yang suka hiking, bisa dicoba nih.

Sampai di bukit Banyon saya istirahat cukup lama. Saya merayakan pencapaian ini dengan makan jeruk. Di atas sini angin berhembus lumayan kencang. Kalau mau menerbangkan layangan besar juga bisa. Badan yang tadi bercucuran keringat sampai sini jadi sejuk lagi.

Landscape Gandusari yang datar, dipotret dari atas bukit Banyon.

Setelah bersantai di gazebo saya mampir warung yang ada di dekat sini. Belum puas rasanya kalau belum minum yang seger-seger. Saya beli es teh. Nongkrong di warung sambil menikmati angin sepoi-sepoi sampai es teh di gelas habis. Di warung saya sempat ngobrol dengan pengunjung lain, saya tanyakan apakah jalan menuju Banyon ini kalau diteruskan akan tembus dengan Gandusari? Setelah dijelaskan bagaimana jalan yang akan dilalui, saya mantapkan diri untuk lanjut gowes lewat jalan full perbukitan.

Dari bukit Banyon sini jalanan realtif landai, ada beberapa kali tanjakan tapi masih bisa saya libas dengan gowes. Semakin dalam jalanan semakin banyak turunan. Hembusan angin juga semakin kencang. Saya suka yang seperti ini. Saya lanjut gowes melewati jalan di antara kebun dan perbukitan.

Setiap kali ketemu tempat teduh saya tidak mensia-siakan untuk berhenti dan istirahat, apalagi kalu lagi di tanjakan.

Jalanan asri dengan banyak pohon dan tumbuhan di tepi jalan, tidak jarang bunga-bunga juga.

Main ke bukit Banyon bukanlah pengalaman pertama bagi saya, tapi melanjutkan perjalanan setelah bukit Banyon ini adalah pertama kali bagi saya. Dulu pernah ke Banyon tapi sambil naik motor. Setelah melihat matahari terbit saya langsung pulang lagi.

Kali ini saya akan menjelajahi jalanan perbukitan sekitar Gandusari dengan sepeda. Seperti apa jalan di depan saya tidak tahu.

Setelah melewati kebun rumah warga silih berganti. Saya tidak tahu sampai mana, sepertinya sudah keluar dari Banyon. Sambil gowes saya perhatikan tulisan penunjuk arah di tepi jalan. Rupanya saya sampai di Dusun Krecek. Di perbukitan ini rumah-rumah warga berjarak agak jauh. Ada tiga hingga lima rumah saling berdekatan di satu tempat kemudian baru akan bertemu dengan rumah lainnya lagi setelah agak jauh. Kadang ini membuat bingung, apakah saya masih ada di desa yang sama apa sudah berganti desa. Faktanya satu desa di sini bisa sangat luas.

Jalanan di perbukitan ini ternayata juga masih banyak tanjakan curamnya. Membuat perjalanan semakin lambat karena gowes sambil menuntun.

Selain banyak berhenti untuk istirahat saya juga banyak berhenti untuk foto-foto di tempat yang saya rasa keren. Seperti gundukan tanah ini dan jalanan tak beraspal.

Sampai pada akhirnya saya sampai di persimpangan yang saya tidak tahu arahnya ke mana. Beruntung di persimpangan ini ada rumah dan warga yang sedang beraktifitas di depan rumah. Saya tanyakan lewat jalan yang mana kalau mau ke Gandusari. Saya ditunjukkan jalannya tapi juga diperangatkan untuk lebih hati-hati lagi di depan karena akan ada turunan curam yang berbahaya.

Setelah mengucap terima kasih saya lanjut gowes. Selepas perkampungan, rupanya jalanan berpaving berganti menjadi gravel. Di sini hanya ada kebun jagung di sisi jalan tapi dengan pemandangan yang luas. Benar saja, turunan curam itu memang ada. Di google maps turunan ini diberi nama letter S karena memang jalannya berkelok. Tidak hanya berkelok tapi juga curam. Tidak hanya di tikungan saja turunan curamnya, tapi masih ada turunan curam lainnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana beratnya jika harus gowes naik ke sini. Mungkin lebih baik putar balik saja. Jalan kaki sambil menuntun sepeda jelas semakin berat.

Berhenti untuk istirahat dan melihat ke belakang setelah menuruni letter S yang curam. Sungguh pengalaman yang mendebarkan. Setelah ini pun masih akan ada turunan curam yang lainnya. Jalan ini tidak direkomendasikan untuk mobil meskipun lebarnya cukup.

Di ujung turunan ini sudah akan ketemu kampung lagi. Desa Jajar. Bisa di bilang desa ini sudah berada di lembah. Artinya setelah ini sudah tidak ada lagi turunan dan tanjakan. Gandusari memang punya kawasan perbukitan tapi juga ada tanah datar yang cukup luas untuk berdiri kampung-kampung dan desa-desa. Hal ini membuat jalanan di sini landai, hampir rata. Untuk gowes asal gak sampai naik bukit tidak akan sampai melelahkan.

Pemberhentian terakhir ada di Desa Jajar. Tampak perbukitan yang tadi saya lewati, ternyata sangat luas dan megah. 

Ketika sampai rumah lagi ternyata sudah sore. Ternyata gowes yang kalau diukur jarak sebenarnya tidak terlalu jauh ini memakan waktu sekitar enam jam. Jaraknya memang tidak jauh, tapi medannya yang naik turun yang mmebuat gowes kali ini jadi lama.

Malam ini saya tidur dengan sisa rasa capek tapi bahagia.



Comments