Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Pengalaman Pertama Kali Naik Suroboyo Bus dan Bawa Sepeda

Sebelumnya, di posting blog yang berbeda. Saya telah bercerita tentang perjalanan berangkat gowes ke Kota Lama Surabaya. Kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan pulang. Agak berbeda dengan berangkatnya yang full gowes, saya pulangnya sambil dibantu naik bus. Waktu itu sudah tengah hari, saya pikir-pikir kalau pulang sepenuhnya gowes pasti akan sangat melelahkan dan itu akan memakan banyak waktu. Jika ada angkutan umum yang bisa mengangkut saya beserta sepeda saya (dan di Surabaya memang ada), tentu akan sangat menyenangkan dan membantu. Saya bisa hemat tenaga dan waktu di tengah panasnya Surabaya.

Suroboyo Bus yang sedang melintas di Jl. Rajawali, Zona Eropa Kota Lama Surabaya.

Oke, jadi behini. Waktu itu saya pulang gowes dari Kota Lama Surabaya yang berada di tengah kota dan saya mau pulang menuju selatan ke arah Mojokerto. Jadi saya harus naik bus dengan tujuan Terminal Bungurasih di Waru. Kebetulan Kota Lama Surabaya memang dilalui bus koridor R2 yang ukuran badan busnya besar dan di bagian depan ada rak sepeda. Itulah yang membuat saya berencana naik bus.

Seperti yang saya tulis pada judul, ini adalah pengalaman pertama saya naik bus sambil bawa sepeda. Bahkan tanpa bawa sepeda pun belum pernah sebelumnya saya naik bus di Surabaya ini. Pengalaman saya naik bus kota selama ini hanyalah di Jakarta yaitu Trans Jakarta. Semoga metode pembayarannya sama, biar tidak kebingungan.

Saya menunggu bus di halte sambil memperhatikan bagian depan bus ada rak sepeda apa tidak, kalau ada mau coba naik sambil bawa sepeda (ini pengalaman pertama, masih belum yakin apakah setiap bus yang ada rak sepeda pasti mau mengangkut sepeda juga). Kalau ternyata tidak ada mau lanjut gowes.

Setelah menunggu ada juga bus yang lewat. Tapi ternyata tidak semua bus ada rak sepedanya, karena sempat ketemu sama bus yang gak ada rak sepedanya. Kebetulan bus yang lewat waktu saya menunggu di halte ada rak sepedanya, jadi coba mendekat ke supir. Teriak-teriak dari luar apakah boleh saya naik bus sambil bawa sepeda. Belum juga sopir menjawab, ternyata ada kondektur yang turun membantu membukakan dan menaruh sepeda pada rak. Wah, ternyata bisa, bahagia sekali saya. Saya naik bus sambil senyum-senyum sendiri.

Sepedaku. Dibantu menaik-turunkan sepeda dari rak oleh kondektur. Terima Kasih.

Lalu, bagaimana rasanya naik Suroboyo Bus? Naik bus ini rasanya sama kayak Trans Jakarta. Nyaman dan hembusan AC yang lumayan dingin di tengah panasnya Surabaya. Onkgos tiket naik bus ini Rp. 5.000,- sekali jalan. Murah. Bisa bayar cash atau pakai e-money. Bayarnya di atas bus, langsung kepada kondektur. Saya duduk di bangku belakang, sepanjang perjalanan saya celingak-celinguk melihat kaca depan bus, mencoba memperhatikan sepeda yang sedang ada di rak. Semoga tidak jatuh.

Duduk dengan tenang dan nyaman di dalam Suroboyo Bus.

Dengan adanya Suroboyo Bus yang dilengkapi dengan rak sepeda, membuat saya mampu mempercepat waktu perjalanan pulang dan menghemat tenaga untuk nanti gowes sampai rumah yang masih puluhan kilometer lagi. Terima Kasih.

Sampai di Terminal Bungurasih dalam waktu tiga puluh menitan. Dengan dibantu kondektur, sepeda diturunkan dari rak yang ada di depan bus. Saya merasa takjub dengan pengalan yang baru saya rasakan. Coba kalau layanan bus seperti ini menjangkau Mojokerto, atau paling tidak sampai Krian saja, mungkin saya akan sering gowes sambil numpang bus ke Surabaya.

Sebelum meninggalkan terminal, saya sempat cari makan siang. Kemudian saya lanjut gowes sampai rumah.

Comments