Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Menekuni Hobi Baru, Menjadi Tukang Kayu.

Belakangan ini saya memiliki kesibukan baru, yaitu membuat kotak kayu, meja, rak sepatu, dan furnitur dari kayu lainnya. Dari itu semua yang paling sering adalah bikin kotak kayu, yang paling gampang soalnya hehehe. Keinginan untuk bisa menekuni dunia perkayuan ini sebenarnya sudah lama, hingga pada akhirnya memuncak pada akhir tahun kemarin. Saya sungguh-sungguh ingin membuat sesuatu dari kayu tapi tidak tahu sama sekali mau dari mana memulainya.

Merupakan tahap akhir dalam proses produksi dan finishing kayu, semprot lalu amplas lalu semprot lagi lalu samplas lagi sampai mengkilap.

Sebelum mengeluarkan terlalu banyak modal untuk beli alat dan kayu, Saya ingin belajar dulu bagaimana cara mengolah kayu menjadi furnitur dengan benar. Saya berpikir jika membuat kue dan menjahit saja ada kursusnya, masak menjadi tukang kayu tidak ada kursusnya. Dengan bentuan koneksi internet saya mulai mencari tahu tempat kursus mana yang bisa mengajari pertukangan kayu ini. Setelah mencari-cari akhirnya ketemu dengan lembaga pelatihan terdekat untuk saya bisa belajar membuat furnitur, yaitu Balai Latihan Kerja atau disingkat BLK.
Namun waktu itu belum ada program pelatihan furnitur yang sedang dibuka. Saya harus menunggu pengumuman kapan pelatihan tentang furnitur ini akan dibuka lagi. Sampai akhirnya berganti tahun, pendaftaran peserta pelatihan yang baru telah dibuka. Saya senang sekali dan buru-buru menyiapkan berkas untuk mendaftar.

Ternyata pendaftarannya mudah, berkas yang harus dilampirkan juga tidak banyak, hanya seputar foto copy identitas diri, pas foto, dan ijazah terakhir. Setelah daftar ternyata ada tes seleksinya. Sampai sini saya sempat clue less, tidak tahu bagaimana proses berikutnya, karena saya pikir setelah daftar langsung bisa ikut pelatihan. Ternyata masih harus tes seleksi juga, mungkin karena peminatnya banyak sedangkan kapasitas kelasnya terbatas. Setelah tes ternyata saya lulus.
Di tahap awal ini saya hanya mengikuti petunjuk sesuai jadwal yang telah diberikan, bahkan jadwal masuk hari pertama pun baru diberikan setelah pengumuman hasil tes. Jadi ya saya tinggal ngikut saja.

Awal bulan Februari, hari pertama saya mengikuti kursus furnitur ini. Tiga hari pertama masuk kelas disampaikan materi-materi pengantar tentang proses produksi hingga finishing kayu oleh instruktur. Instruktur hanya menyampaikan apa yang ada di buku modul yang telah diringkas menjadi slide presentasi ditambah pengalaman-pengalaman probadi. Membosankan sekali. Apalagi harus bangun pagi (yang biasanya bablas tidur sampai siang), hadir di kelas dan duduk di bangku menghadap papan. Benar-benar seperti kembali ke zaman sekolah. Baru setelah itu diperkenalkan dengan alat-alat pertukangan, mulai dari hand tool (alat tukang tradisional seperti pahat, gergaji, amplas), power tool (alat tukang modern yang dioperasikan dengan mesin listrik), hingga mesin-mesin industri perkayuan (kurang tahu apa istilah yang mestinya dipakai, yang jelas ini mesin berat yang ditanam di lantai).

Praktek pertama dalam pertukangan kayu adalah mengasah pahat. Mengasah pahat ini ternayata lumayan melelahkan, dan tentu saja membosankan karena butuh waktu lama. Ya mungkin belum terbiasa saja. Setelah itu, yang utama dari kursus pertukangan kayu ini adalah menyambungkan kayu untuk dijadikan kaki-kaki meja, karena dari sinilah basic mambangun furnitur mudah dipelajari. Kemudian tentu saja proses finishing yang membutuhkan kesabaran untuk mengamplas kayu. Ini lama sekali.

Setelah 30 hari kursus, saya menjadi tahu bagaimana memperlakukan kayu, jadi pede untuk mulai bikin sesuatu sendiri dengan perhitungan yang tepat.
Hari-hari saya berikutnya saya isi dengan kesibukan baru ini, menjadi tukang kayu amatir. Memang belum banyak furnitur yang saya bikin, paling sering cuma bikin kotak kayu, tapi hey saya sangat menikmati prosesnya. Entah mengapa ini menyenangkan sekali. Bahkan dari sini saja saya bisa membayangkan dan merencanakan mau bikin perabot apa lagi berikutnya. Saya bisa menghitung jumlah kayu yang dibutuhkan dan biaya yang akan dihabiskan karena ini yang paling penting.

Saya memang belum pernah membuat furnitur yang sulit seperti membikin lemari, meja dan kursi, apalagi dipan.  Tapi ada satu perabot yang ingin saya buat, yaitu kombinasi rak dan gantungan baju. Terlihat sederhana tapi sepertinya sulit apalagi setelah dihitung bakal habis banyak biaya.

Comments