Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Pertama Kali punya Drone [DJI Spark Story]

Punya Drone sendiri mungkin adalah impian setiap orang yang bekerja di bidang foto dan video, tidak terkecuali Saya. Dulu Saya tidak terlalu menginginkan punya drone sendiri karena kebutuhan gambar yang Saya kerjakan jarang menggunakan aerial view, ya standar saja. Selain itu alokasi dana untuk beli alat baru lebih banyak Saya habiskan untuk lensa atau aksesoris kamera lainnya.

DJI Spark
Foto layangan ini dipotret dengan DJI Spark. Warnanya tentu saja sudah Saya enhance, dengan menambahkan saturasi dan mengubah highlight and shadow. Untuk hasil foto bisa dilihat di posting lain di blog ini, untuk hasil video bisa disaksikan di kanal Youtube Saya: rijaalfa.
Sampai suatu ketika Saya mencoba menerbangkan drone mainan pinjaman untuk pertama kalinya. Meski hanya drone mainan yang dikendalikan dengan smartphone. Ternyata asyik sekali, saat itu juga Saya berencana menabung dan bertekad memilki drone sendiri.

Selang beberapa bulan mengerjakan beberapa project video, budgetnya akhirnya terkumpul. Sesuai rencana dan budget Saya membeli DJI Spark sepaket dengan remote control dan bonus batrai cadangan. Menurut banyak review yang telah Saya baca dan tonton, DJI Spark merupakan drone yang ditujukan untuk kebutuhan selfie dan main-main. Walau begitu Saya cukup puas dengan hasil gambarnya setelah mencoba menerbangkan untuk pertama kalinya.

Mengenai spesifikasi dan kualitas gambar, DJI Spark sebenarnya tidak terlalu wah, biasa saja. Tapi untuk kebutuhan gmabar media sosial atau blog seperti ini, kualitas gambarnya lebih dari cukup. Ya mirip-mirip dengan gambar dari kamera ponsel jaman sekarang. Apalagi kalau digunakan untuk membuat konten foto atau video yang dikombinasikan dengan footage dari kamera ponsel, maka kelihatannya seperti sama saja. Kualitas gambar DJI Spark ini seperti kamera ponsel yang bisa diterbangkan.

Alasan lain kenapa Saya beli DJI Spark selain budget adalah ukurannya yang kecil (waktu itu Mavic Mini belum rilis). Ukurannya yang kecil memudahkan Saya untuk dibawa traveling dan naik gunung. Ya DJI Spark sudah pernah Saya bawa naik gunung, bahkan untuk naik gunung itu lah Saya buru-buru mau beli. Waktu itu Saya bawa mendaki Gunung Gede di Jawa Barat.

Dengan membawanya ke gunung inilah Saya semakin paham dengan kekurangan dan kelebihan DJI Spark. Kelebihannya tentu saja ukuran yang kecil sehingga bisa dipacking ke dalam carrier. Menerbangkannya pun mudah. Kekurangannya sudah pasti batrainya dengan durasi terbang yang pendek, hanya sekitar 13 menit, membuat Saya harus berpikir dan membagi kapan waktu terbang yang tepat. Waktu itu Saya hanya punya dua batrai, dan mendaki gunung bisa sampai tiga hari. Tentu ada spot yang Saya lewati tanpa mengambil gambar dari udara.

Untungnya DJI Spark bisa dicharge langsung menggunakan power bank, jadi bisa dibilang ada batrai cadangan tambahan. Oh ya, pengalaman Saya charging menggunakan power bank sampai batrai penuh membutuhkan waktu yang lama. Lalu power bank dengan kapasitas 10.000mah hanya cukup untuk sekali charge, padahal kapasitas batrai DJI Spark cuma 1.800-an mah. Apa mungkin waktu itu di gunung yang dingin sehingga mempengaruhi kapasitas daya?

Sudah hampir setahun saya menggunakan DJI Spark. Selama ini Saya masih puas-puas saja dengan performanya. Kualitas gambarnya bisa diandalkan selama ada cahaya terang, pagi sampai sore misalnya. Kamera DJI Spark memang tidak berdaya dengan cahaya yang remang-remang. Kalau malam di kota besar dengan banyak cahaya lampu, masih bisa menangkap gambar meski yang terlihat hanya titik-titik lampu dan area sekitar yang diterangi. Saya tidak masalah dengan gambar yang buruk waktu malam karena memang sejak awal tidak berencana untuk menggunakannya malam-malam. Yang paling mengganjal adalah waktu pagi atau sore, pas sunrise atau sunset. Di kedua waktu ini, gambarnya buruk sekali, apalagi jika kamera dihadapkan ke matahari. Kamera DJI Spark kesulitan untuk mengkompensasi terangnya matahari dan bagian gelap di bawah. Berikut Saya pasangkan video gowes Saya yang menayangkan cuplikan video yang diambil menggunakan DJI Spark:

DJI Spark memang mudah diterbangkan dan dikendalikan, tapi bukan berarti Saya tidak pernah mengalami crash atau kecelakaan lainnya. Saya pernah mengalami menabrak pohon, dedaunan, kabel yang menyebabkan drone jatuh ke tanah. Paling parah lost signal hingga jatuh ke sungai dan tenggelam di air, untung waktu itu tidak terlalu lama menemukannya. Namun di sinilah tangguhnya DJI Spark, meski telah terjatuh dan terendam air, setelah dikeringkan sampai beberapa hari, drone masih bisa terbang lagi dan baik-baik saja.

Rencana ke depan, Saya masih akan menggunakannya untuk waktu yang lama. Untuk apa saja, mungkin Saya hanya perlu beli batrai cadangan baru agar mempunyai waktu lebih lama untuk terbang.

Comments