Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Mendaki Gunung Penanggungan

Mengapa Gunung Penanggungan, padahal tingginya tidak seberapa? Sejak kecil aku setiap keluar rumah, gunung ini akan terlihat dari teras tapi tidak pernah punya keinginan untuk mendakinya. Tapi ya gara-gara tiap hari melihat ini jadi kepikiran kenapa tidak dicoba saja mendakinya. Sampai kesempatan itu datang. Diajakin serombongan teman-teman.
Gunung Penanggunga dipotret dari sawah tepian desa Sekargadung.
Dulu waktu pertama mendaki ke Gunung Penanggungan, persiapannya seperti biasa, packing pakaian ganti meski cuma semalam, jaket, logistik, kamera dan tripod. Ada cerita mendebarkan dengan kamera dan tripodku. Waktu itu aku baru punya kamera DSLR, jadi sudah pasti gak bakal ketinggalan, ke mana-mana selalu bawa kamera. Selama pendakian kamera masuk carrier dan tripod nempel di sisi carrier. Karena memang begitu SOP pendakian, tangan harus terbebas dari menenteng barang apa pun.

Pendakian berjalan lancar sampai tiba di bukit bayangan yang luas. Tempat biasa nge-camp para pendaki. Waktu itu kita cuma berhenti untuk istirahat saja di situ, enggak nge-camp. Ketika berhenti kita foto-foto. Aku langsung mengeluarkan kamera baruku dari carrier dengan hati-hati. Aku memotret dengan flash menyala, waktu itu sudah magrib. Kemudian aku mengeluarkan tripod, mamasang kamera di atasnya. Aku pengen motret diri sendiri pake self timer. Setelah menata framing dan settingan exposure kamera. Aku berpindah dari belakang ke dapan kamera. Saat melewati tripod aku gak sengaja menyenggolnya. Kamera dan tripod terhuyung, roboh tengkurap dengan posisi lensa mnghadap tanah. Aku kaget dan badanku langsung menghangat. Khawatir terjadi yang enggak-enggak dengan kamera baruku. Setelah aku periksa untungya cuma buntes aja di bibir lensa, enggak sampai memecahkan optik. Fih syukurlah. Abis aku kalau foto selalu lebih hati-hati, gak banyak tingkah.

Esok paginya di puncak, untuk pertama kalinya aku bikin timelapse. Setelah diedit jadinya lumayan juga. 

Pagi hari di puncak Gunung Penanggungan ternyata asyik juga, fresh. Udaranya sejuk meski dibawah gunung sebelah utara ada banyak pabrik. Tapi lama-kelamaan di puncak jadi kepanasan juga. Semakin siang semakin panas karena di puncak tidak ada pepohonan untuk berteduh, padang rumput dan bebatuan saja. Tidak sampai siang kami pun turun.



Turun gunung ternyata lebih melelahkan dan menyiksa dari pada naiknya. Karena kita harus menahan berat badan sendiri, kemudian beban carrier ditambah gravitasi. Tambahan gravitasi ini yang kian menyiksa. Entah teori dari mana ketika berjalan turun gunung atau paun tangga, kaki kita akan menahan berat lebih dari pada ketika naik. Nyatanya, sampai kaki rasanya gempor, sakit kanan-kiri.

Pengalaman kedua naik Gunung Penanggunga, kini dengan persiapan lebih matang. Pakai carrier lebih proper. Packing lebih efisien sehingga tidak terasa berat. Pendakian berjalan lancar dan menyenangkan.

Tidak ada kendala tapi yang paling berkesan dan kalo dipikir agak bodoh juga. Aku naik gunung membawa gimbal stabilizer manual. Itu lho gimbal lawas yang dari logam, entah alumunium alloy atau apa, bukan yang elektronik. Sebab waktu itu aku pengen punya gimbal tapi budget terbatas, jadi aku membelinya dengan harga murah. Ada akualitas ada harga. Gimbal yang aku beli ngeset dan memakainya agak repot. Aku gak masalah dengan ini, yang penting videonya jadi stabil. Tapi yang paling memberatkan adalah gimbal ini bobotnya memang berat. Kosongan tanpa kamera saja hampir dua kilogram. Dan dengan tegar aku membawanya naik turun gunung. Setelah itu aku gak pernah beripikir mau bawa gimbal lagi kalo naik gunung. Mungkin nanti kalo udah punya yang elektronik aku mau bawa.


Video pendek ketika naik Gunung Penanggungan sambil bawa gimbal yang berat.

Nah itu dia ceritaku waktu naik gunung Penanggungan. Tadinya mau cerita soal persiapan, bagaimana cara kesana, ongkos yang dihabiskan, dan hal-hal teknis lainnya. Tapi aku udah agak lupa sama itu semua. Mungkin nanti kalau iseng-iseng naik lagi atau habis riset ke loket, aku akan ceritakan lagi.

Comments

Post a Comment