Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Pengalaman Bayar Pajak Sepedah Motor

Pagi itu, yang masih terasa sejuk. Aku terbangun dari tidur lelapku. 

Masih di pagi yang sama, bapak memanggilku kemudian memintaku untuk membayarkan pajak kendaraan bermotor yang sebenarnya sudah telat beberapa hari yang lalu. Bapak memintaku untuk membayarkan pajak motor karena beliau sedang sakit. Seketika, yang ada dipikiranku adalah kantor samsat yang berada jauh di Kota Mojokerto, sementara aku tinggal di desa.  Seketika itu juga bapak bilang kalau pembayaran bisa di lakukan di bank Jatim terdekat, yakni di Bank Jatim cabang Mojosari. Pikiranku langsung kukoreksi, sekarang yang ada adalah Bank itu yang dekat dengan rumahku dan berharap pembayaran pajak nanti akan cepat dan lancar.

Kemudian bapak memintaku mengambil semua berkas yang dibutuhkan. Ada BPKB, STNK, KTP bapak sendiri. Selain itu, aku juga disuruh membawa Kartu Keluarga (KK) dan KTP-ku sendiri sebagai tanda bukti kalau aku ini benar-benar anaknya (masih keluarga sendiri) dan bukan calo. Setelah semuanya terkumpul aku berangkat ke Bank Jatim cabang Mojosari.



Sesampainya aku di Bank Jatim. Aku memarkirkan motorku di halaman depannya. Aku langsung masuk dan naik ke lantai dua seperti yang sudah diberitahkan bapakku kalau tempat pembayaran pajak ada di lantai dua. Dari pintu masuk aku memandang ke segala penjuru ruangan, mencari tangga menuju ke lantai dua. Tangga itu kutemukan ada dibagian paling belakang. Semakin aku mendekat dengan tangga itu. Ku perhatikan di tempat yang sedikit tersembunyi ada papan petunjuk ke arah atas bertuliskan SAMSAT. Aku semakin yakin inilah tempatnya.

Lokasi Samsat Mini ini tepat berada di samping tangga. Jadi, bagi wajib pajak yang hendak membayar, setelah mereka menaiki tangga dan belok ke kanan, mereka langsung bertemu dengan Samsat mini ini.

Ketika sampai di sana sudah ada beberapa bapak-bapak mengantri membayar pajak. Ada juga dua petugas yang siap melayani wajib pajak.

Sebagai tanda mengantri, aku menumpukkan BPKB yang sudah kuselipi STNK dan KTP milik bapak. Selama mengantri, aku duduk di bangku yang sudah disiapkan sambil menikmati suasana yang ada.

Di belakangku, ada tembok yang terpasang lukisan besar menggantung. Di sekitarku ada bapak-bapak tadi. Mereka tampak sumringah merasakan kenyamanan ini. Salah satu dari mereka kemudian dipanggil. Bapak itu berdiri, berbincang-bincang sebentar dengan si bapak petugas, membayar pajak dengan sejumlah uang, si bapak petugas memberikan BPKB, KTP, dan STNK lama beserta STNK yang baru, dan selesai. Kemudian si bapak petugas memanggila bapak yang lainnya. Secepat itu. Aku semakin bersemangat. Ternyata tidak lama mengurus pajak ini. Aku menunggu dan tidak lama lagi aku pasti dipanggil. 

Selama aku menunggu. Aku sempat mendengar pembicaraan antara si bapak petugas dengan bapak-bapak tua wajib pajak. Jelas saja aku bisa mendengar, bahkan semua orang bisa mendengar, karena jarak bangku tunggu dengan meja petugas hanya selebar jalan yang hanya muat dilewati satu orang. Yang sempat ku dengar dari pembicaraan mereka, si bapak-bapak tua wajib pajak bilang kalau membayar disini lebih mudah, cepat, dan tentu saja murah, kemudian mereka berdua tertawa riang gembira.

Tak seberapa lama kemudian. Nama bapakku di panggil. Aku langsung berdiri, dan ketika berdiri itu aku langsung berhdapan dengan meja petugas tanpa harus berjalan maju selangkah pun. Petugas itu memberikan BPKB dan KTP bapakku sambil bertanya siapakah aku sebenarnya. Mungkin mereka pikir kalo aku adalah calo. Langsung saja aku bilang kalau aku adalah anaknya sambil tanganku kumasukkan ke dalam tas bersiap mengambil Kartu Keluarga kalau-kalau saja ditanya lebih lanjut. Eh, ternyata tidak. Bapak itu cuek aja. Si bapak satunya lagi menyebutkan nilai sejumlah uang yang wajib ku bayar. Aku pun mengeluarkan uang sebanyak yang di maksud si bapak tadi. Aku memberikannya, dan si bapak itu memberiku STNK yang lama dan STNK yang baru.

Setelah itu, selesai...

Cepat sekali. Tidak sampai dua puluh menit aku di sana dan mengantri. kini aku sudah berjalan keluar bang. Sejenak aku mendadak berpikir tentang cara pelayanan ini. Praktis sekali dan aku puas. Tapi, tentang identitasku yang tidak ditanya lagi lebih lanjut, aku jadi gamang. Bagaimana kalau ada calo yang ikut-ikutan bayar di situ. Di mana-mana calo kan merugikan. Tapi, aku berpikir lagi, kalau prosedur pembayarannya saja semudah itu dan semurah itu karena tidak perlu lagi jauh-jeuh ke kota. Aku sendiri yakin kalau calo juga gak bakal ada, mereka akan tersingkir dengan sendirinya. :)

Comments