Ketika nulis posting ini badan masih terasa capeknya, padahal tadi gowesnya gak jauh-jauh amat. Saya berangkat sekitar pukul tujuh lewat beberapa menit, lupa gak ngecek jam sebelum berangkat. Baru juga gowes, sampai Ngoro saya mampir SPBU, kebelet pipis. Saya butuh mampir ke toilet. Mulai dari Ngoro sampai Porong saya gowes melewati jalan utama. Ya, jalan yang dilewati truk-truk besar itu juga. Selalu hati-hati kalau gowes lewat jalan besar yang juga dilewati kendaraan besar.
Trans Jatim di terminal bus Porong. |
Sepanjang jalan dari Ngoro sampai Porong saya perhtikan ada beberapa rambu temapt bus berhenti yang sepertinya baru dipasang. Memang di jalur ini baru saja dibuka koridor baru trans jatim pada awal pekan ini. Seminggu ini karcis naiknya masih gratis. Saya juga lihat banyak orang menunggu di pemberhentian bus, mungkin ingin mencicipi naik bus umum baru ini.
Pukul setengah sembilan pagi saya sampai di Terminal Porong. Ramai sekali. Banyak orang menunggu giliran naik bus, terutama di koridor K6. Terminal Porong ini selain melayani koridor K6 juga menjadi terminal ujung selatan bagi K1, koridor pertama bus Trans Jatim yang melayani rute Sidoarjo-Gresik. Setiap kali bus berangkat, tak pernah cukup mengangkut penumpang. Jadi calon penumpang harus menunggu bus berikutnya sekitar 15 menit untuk bisa naik.
Di Terminal Porong pagi ini rupanya selain ramai penumpang bus, juga banyak pesepeda lain. Rupanya terminal ini jadi jujugan banyak orang buat gowes, saya kira bakal cuma caya sendirian yang mau gowes ke sini. Selain goweser, di terminal ini juga banyak penjual makanan. Tidak hanya yang ada di kios, tapi juga banyak yang langsung berjualan di peron tempat penumpang menunggu bus. Penjual makanan ini bukan asongan yang mungkin dulu sering kita jumpai di area terminal, mereka berjualan sambil bawa gerobak. Segala jajanan dijual di sini seperti; siomay, bakso, soto, batagor, minuman dingin, dan lain-lain. Sebuah pemandangan yang belum pernah saya jumpai di terminal lain yang pernah saya kunjungi, orang berjualan langsung di tempat penumpang menunggu bus.
Hmm, enak sekali makan-makan. |
Bus sekecil itu mondar-mandir mengangkut penumpang sebanyak itu. |
Sepertinya ini area tunggu untuk koridor K1 Sidoarjo-Gresik. |
Penjaja makanan di Terminal Porong. Selain mminuman ini ada penjual lain yang jualan bakso sampai siomay. Belum ketemu yang mie ayam |
Setelah istirahat lumayan lama dan foto-foto di Terminal Porong, saya lanjut gowes dengan tujuan arah pulang. Jika tadi berangkatnya saya lewat jalan utama, kali ini saya memilih untuk lewat jalan kampung saja. Lewat jero, begitu orang Jatim biasa menyebutnya. Saya ingin gowes eksplore sisi selatan Sidoarjo. Selain itu saya juga sengaja menghindari jalan utama, biar gak ketemu kendaraan besar. Saya melewati jalan-jalan pedesaan di Selatan Sidoarjao yang kadang diaspal, kadang dibeton, kadang dipaving, dan kadang juga gravel.
Waktu pulang inilah yang membuat gowes kali ini makin terasa melelahkan. Selain karena sudah siang dan panas, sepeda saya mengalami beberapa kali masalah. Crank arm sebelah kiri oblak, hampir lepas dari Bottom Bracket. Empat kali saya harus berhenti untuk mengencangkannya lagi. Beruntung saya sudah bawa kunci Y untuk gowes agak jauh ini, buat jaga-jaga kalau hal ini terjadi. Dan pada akhirnya pun terjadi.
Paling menglhawatirkan ketika sudah sampai Pungging, hampair sampai Mojosari. Tidak hanya crank arm-nya saja yang bermasalah, tapi sepertinya pelor di dalam bottom bracket juga ikutan rontok. Langsung terpikir untuk mampir bengkel sepeda sebelum pulang.
Sampai Mojosari saya mampir dulu ke Terminal Mojosari, ya gowes kali ini judulnya dari terminal ke terminal. Sampai sini berbarengan dengan waktu duhur, saya berhenti dan istirahat agak lama lagi di sini. Saya perhatikan terminal ini juga ramai calon penumpang bus. Padahal setiap harinya sebelum koridor K6 ini dibuka, terminal ini selalu sepi. Hampir mati, seperti tidak ada kehidupan padahal berada di tepi jalan raya. Dahulu, waktu termial ini baru jadi dan diresmikan, masih banyak busa yang mampir di sini, ya si bus kuning itu. Masih banyak juga angkot yang ngetem atau sekedar parkir di dalam terminal. Tapi itu tidak lama, lebih lama mangkraknya. Pernah juga terminal ini buka loket untuk pembayaran pajak tahunan kendaraan bermotor. Tapi itu hanya untuk beberapa tahun dan cukup untu menghidupi warung kopi yang ada di sini. Syukurlah saat ini terminal ini difungsikan lagi sebagaimana mestinya, semoga bertahan lama dan ditambah layanannya. Misal buka jalur bus ke Trawas, Pacet, atau Krian gitu.
Terminal Mojosari yang baru direnovasi, terlihat rapi. |
Setelah mengencangkan lagi crank arm saya lanjut gowes. Kali ini saya langsung menuju PDS. Kepanjangan dari PDS ini kalau tidak salah (kalau salah mohon koreksi) adalah Pasar Dagang Sepeda. Ya, di sini banyak dijual sepeda bekas maupun baru. Ada sepeda untuk anak-anak maupun orang dewasa. Penjualnya tidak hanya satu, selain penjual sepeda juga ada bengkel sepeda. Nah, ke bengkel sepeda inilah tujuan saya kali ini. Ada tiga "montir" yang saya tanyai apakah bisa memeperbaiki sepeda saya, ternyata mereka sedang sibuk semua. Sampailah saya di bengkel ke empat dan disinilah sepeda saya diperbaiki.
Sepeda saya ditangani dengan baik. Waktu bottom bracket dibuka, terlihat hanya beberapa biji pelor yang keluar dan dalamnya kering. Inilah sebabnya kenapa setiap kayuhan terdengar suara kemriyet dari bawah. Setelah diganti dengan pelor baru dan ditambahkan gemuk di dalam bottom bracket sepeda dipasang lagi. Sekarang sepeda sudah enak digowes lagi.
Perjalanan pulang tinggal sedikit lagi. Siang yang kadang terik kadang mendung ini bikin makin sumuk, apalagi minim hembusan angin. Sebelum sampai rumah, saya sempat mampir ke penjual es tebu. Saya beli segelas es tebu untuk menutup dan merayakan gowes hari ini.
Comments
Post a Comment