Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Tiga Hari Naik Turun Gunung Gede

Sebenarnya ini pengalaman naik gunung tahun kemarin. Waktu itu saya diajakin teman untuk mendokumentasikan acara outbond anak SMP, ya anak SMP outbond-nya naik gunung. Saya sih mau aja karena memang belum pernah ke Gunung Gede jadi pengen tahu. Sekalian jalan-jalan naik gunung lagi karena udah agak lama gak naik gunung.
Mendaki ke Gunung Gede.

Hari pertama kita berombongan naik truk dari Jakarta. Saat itu kami tidak langsung berangkat tracking, tetpai menginap semalam dulu di Cibodas. Besoknya kami baru mulai tracking. Impresi pertama Saya ketika baru berjelan melewati pos registrasi, Gunung Gede ini memang gunung yang disiapkan untuk pendakian atau sekedar jalan-jalan. Kenapa? karena jalurnya lebar dan sudah tertata rapi batu sepanjang jalan. Jadi kalau musim hujan tidak akan becek dan licin, pun waktu musim kemarau juga tidak akan berdebu. Di sepanjang jalur juga ada banyak pos dan shelter untuk beristirahat. Banyak juga mata air dan aliran kali di kiri-kanan jalur sehingga kebutuhan air bisa didapat dengan mudah. Oh ya untuk urusan air ini sampai di camp sebelum ke puncak juga masih ada air.

Saya agak lupa mulai pos ke-berapa jalurnya sudah tidak dialasi batu yang tertata. Langsung memijak tanah dan mulai terjal. Jalan kaki semakin ngos-ngosan.
Papan penunjuk jurusan, mau ke mana arah kita?

Mendaki Gunung Gede juga sangat fun, selain tadi jalurnya yang landai, kita juga akan menemui beberapa air terjun, bahkan ada satu air terjun yang langsung melintasi jalur. Sebenarnya ini salah satu titik berbahaya di Gunung Gede. Sebab, pendaki akan melewati jalur yang tepat di bawah kucuran air terjun. Jalur yang dilewati berupa bebatuan besar yang diguyur air sehingga agak licin. Lebar jalurnya juga selebar satu orang, kalau berpapasan salah satu pendaki harus berhenti. Jika kita berjalan naik, air terjun berada di sisi kiri pundak kita, sedangkan di sebelah kanan sudah jurang yang curam. Di jalur ini sebenarnya sudah ada pagar pengamannya berupa sling, tapi tetap saja kita harus hati-hati kalau melewatinya. Basah? Sudah pasti karena badan kita gak cuma kecipratan tapi juga diguyur. Apa lagi waktu itu ketika saya melewatinya sedang hujan deras. Jadi tidak ada bedanya air hujan atau air terjun. Yang unik, air terjun ini mengalirkan air hangat, entah dari sumber air panas yang mana. Jadi kalau hujan, ada enaknya juga, badan basah kuyup sampai kedinginan, waktu ngelewatin air terjun ini rasanya jadi hangat.

Dalam satu hari tracking kita sudah bisa sampai di camp yang terdekat dengan puncak Gunung Gede. Waktu itu saya nge-camp dua malam di sana, setelah turun dari puncak juga menginap di tempat yang sama.
Telaga Biru. Ini airnya jernih sekali.
Air Terjun Cibeureum. Ada beberapa air terjun di sini.

Summit Attack. Atau lazim dibilang muncak. Dari tempat nge-camp naik sampai puncak sudah tidak terlalu jauh, katanya sih dua jam saja sudah bisa sampai. Tapi waktu itu kami mendaki dengan rombongan yang besar, jadi ya bisa lebih lama di jalan. Di sejumlah titik jalur pendakian terasa terjal, menanjak sampai mendongak. Salah satunya yang paling populer adalah Tanjakan Setan. Entah kenapa orang-orang menyebutnya demikian, mungkin karena tanjakan ini bukan lagi mendaki, tetapi memanjat. Ya, tanjakan ini curam sekali. ketika melewatinya, dengan berdiri saja kita bisa bersandar di jalur. Ada tali untuk berpegangan.

Dari Tanjakan Setan, puncak masih lumayan jauh. Sebelum sampai puncak kita melewati jalur berpasir dengan batu-batu seukuran sepatu. Semakin dekat dengan puncak kita bisa melihat puncak Pangrango. Di sisi lain juga bisa melihat asap yang keluar dari kawah. Kadang asapnya cukup tebal sehingga menghalangi pandangan. Saat itu kita hanya mendaki ke Gunung Gede, Jadi Pangrangonya hanya bisa dilihat saja, kami tidak sekalian ke sana.
Air Terjun di dekat jalur yang dilewati.
Gunung Pangrango, tapi waktu itu saya tidak mampir ke sana.
Tanjakan Setan yang populer.
Menuju Puncak Gunung Gede.
Tampak alun-alun Surya Kencana.
Kepulan asap dari kawah di dekat Gunung Gede.
Cantigi di Puncak Gunung Gede.
Melewati Air Terjun yang mengalirka air panas.
Bunga-bunga yang dapat ditemui di selama pendakian.

Saya tidak punya banyak stok foto untuk dibagikan meskipun saya ikut rombongan untuk mendokumentasikan pendakian sebab saat itu gambar yang saya ambil adalah gambar video, tidak sempat untuk foto-foto.

Hari terakhir saat turun pendakian kami langsung pulang ke Jakarta. Jalan pulang memang terasa lebih cepat dari berangkatnya. Saya pun berjalan paling depan agar bisa mampir ke air terjun sebelum seluruh rombongan melewati saya.

Comments