Subscribe

Popular Posts

Flickr Images

Like us on Facebook

Skip to main content

Tiga Hari di Yogya ngapain aja? (part 2)

Nikmat sekali hidup ini, Saya bersyukur atas apa yang Saya dapatkan hari ini, pun dengan berbagai masalah yang menimpa, sebab ternyata Saya masih mampu menghadapi dan menyelesaikannya. Tidur nyenyak semalam agak terganggu dengan pesan singkat yang saya dapati dari Izza. Mobil yang kemarin kita pakai terluka di bumper pojok depan, entah karena apa. Perasaan kemarin ke mana saja kita pergi lancar-lancar saja, tidak ada halang rintang, pun yang bergesekan dengan jalan raya hanya ban.
Pintu masuk Galeri Oma Vintage Store, tangga selebar dua badan orang dewasa.
Hal-hal tak terduga macam inilah yang mewarnai perjalanan Saya selama di Yogya. Sebelumnya, kemarin saat pulang dari Candi Prambanan, mobil Saya ampirkan ke SPBU untuk menambah BBM. Mobil berhenti di dekat selang pengisian, petugas menanyakan berapa banyak yang diisi, kami menyebutkan sambil menyerahkan sejumlah uang. Entah apa yang sedang ada di lamunan petugas SPBU, BBM yang dikucurkan ke dalam tangki kebanyakan. Lebih banyak 20.000 rupiah. Petugas SPBU memohon maaf dan baiklah Saya bayar saja itu kelebihannya. Memang harus gimana lagi, mau disedot lagi itu bensin yang terlanjur ditangki? Saya sedang enggan untuk ribet.

Kembali ke soal mobil yang terluka tadi. Dari pada diobrolkan melalui ponsel, lebih baik ketemu saja. Biar jelas dengan solusi yang enak. Karena lagi-lagi Saya enggan pulang dari Yogya dengan membawa masalah, apalagi ini hari terakhir. Apa yang terjadi di sini selesaikan di sini juga.

Siang itu Saya bertemu dengan pemilik mobil. Kami ngobrol santai mulai kemungkinan kenapa bisa terluka hingga apa dan bagaimana solusinya dan akhirnya oke kita bawa ke bengkel saja habis berapa untuk perbaikan dibandingkan harus klaim ke asuransi. Kemudian karena Saya yang akan menanggung ongkos perbaikan, Saya lah yang memutuskan untuk diperbaiki di bengkel saja daripada harus klaim aursansi. Alasannya tentu saja memperbaiki di bengkel lebih murah dari pada harus klaim asuransi yang sudah pasti proses adminitsrasinya bakal lebih panjang. Beres.

Untuk menikmati saat-saat terkahir di Yogya. Saya mengunjungi Galeri Oma Vintage Store. Sebuah toko barang-barang jadul tapi juga ada cafe-nya. Saya memesan roti bakar coklat dan kopi. Saya benar-benar menikmati saat-saat terkahir ini. Rasanya nyaman seperti di rumah tapi dengan suasana berbeda.
Gramaphone
Perabot rumah tangga.
Mobil-mobilan.
Duduk-duku saja sambil menikmati kopi dan sore.
Terakhir, sebelum saya harus ke stasiun untuk naik kereta. Saya diajak Izza untuk makan malam mie dengan level pedas-pedasan itu. Saya mau saja sambil nunggu waktu saya harus ke stasiun dan terima kasih untuk traktirannya. Satu jam menjelang jadwal keberangkatan kereta, Saya bersiap akan berangkat karena jarak dari tempat kita makan ke stasiun cukup jauh. Namun hal yang tak terduga terjadi lagi, hujan. Oke Saya tidak hendak menyalahkan hujan. Alam tidak bisa dilawan tapi bisa disiasati. Izza menawarkan untuk memesankan angkutan daring dan dia akan membayar dengan uang virtual yang ia miliki. Saya mengiyakan saja karena memang tidak ada pilihan lain. Sekali lagi Saya haturkan terima kasih. Tak berapa lama, mobil yang dipesan datang, Saya buru-buru naik karena waktu yang semakin mepet sambil mengucap salam perpisahan. Selama perjalanan ke stasiun tak henti-hentinya saya melihat jam sambil membandingkan waktu tempuh menuju stasiun. Masih lebih ada waktu beberapa menit sebelum keberangkatan kereta apabila tidak terjebak macet, apalagi malam itu hujan deras.

Sampai stasiun masih tersisa waktu lima menit sebelum keberangkatan. Masih ada waktu biar tidak tergesah-gesah pikir saya. Namun saat mengucap terima kasih ke driver dan hendak ke stasiun, driver menahan saya. Ongkos perjalanan belum dibayar katanya. Bagaimana ini? Padahal seharusnya sudah dibayar menggunakan uang virtual. Namun rupanya uang virtual yang dimiliki Izza tidak bisa digunakan untuk membayar driver. Sementara waktu semakin tipis dengan keberangkatan kereta. Saya tanya berapa ongkos yang harus saya bayar? 28.000 katanya. Baiklah saya rogoh saku dan dompet, tersisa 30.000 kemudian saya bayarkan dan ambil kembaliannya.

Buru-buru saya lari ke kereta. Di petugas pengecekan pun hanya sebentar saya menunjukkan e-Tiket dan kartu identitas, entah benar-benar diperiksa apa tidak oleh petugas, Saya langsung dipersilahkan naik kereta. Berlarian di peron menuju pintu gerbong terdekat yang mulai bergerak. Syukur saya sudah di atas kereta sebelum melaju cepat. Sampai di bangku Saya duduk dan mengatur nafas. Merenungkan kembali rentetan peristiwa yang baru terjadi. Saat-saat beginilah yang membuat sedemikian bersyukurnya Saya dengan hidup Saya, tetap senang diantara masalah-masalah yang bergantian. Hanya mayat yang tidak punya masalah, begitu katanya. Thank's for the trouble you gave, next time we met, just let's minimize it.

Comments